Thursday, 12 November 2015

Mahalanya Kejujuran, Sulitnya Kebenaran



Percayakah anda pada kebenaran. Pernahkah anda merasa dihianati, ditipu bahkan dijerumuskan. Lalu dengan segala daya upaya anda membela diri, mengatakan bahwa anda benar, bahwa anda tidak salah, bahwa mereka yang salah. Tapi apa yang terjadi, anda tetap disalahkan dan akhirnya anda harus menerima akibat dari semua itu, mulai dari diacuhkan oleh teman dan rekan, tidak dipercaya dan bahkan mungkin diolok-olok.

Kemudian dalam diam anda merenung dan mengingat kembali, dan sekarang mulai menyalahkan takdir dengan dalil kenapa ini semua harus terjadi kepada saya. Lalu anda menuntut dan kebijaksanaan Sang Penguasa, menuntut keadilan, janji yang kata-Nya orang benar pasti menang, yang kata-Nya kejujuran pasti menang. Namun hingga kini masih belum ada jawaban.
Coba fikir lagi, dan apakah anda akan mengatakan anda adalah orang pintar ketika anda belum bisa menjawab soal dengan benar, dan apakah anda orang yang hebat tanpa melakukan hal yang luar biasa, dan apakah anda akan mengatakan bahwa anda orang yang benar ketika anda tidak mampu mengatakan kebenaran didalam kebatilan, dan apakah anda akan mengatakan bahwa anda adalah orang yang jujur sebelum anda menemukan kebohongan, maka disinilah keimanan seseorang diuji.
Sesungguhnya kebenaran tidak akan pernah kalah, kejujuran adalah pemenangnya. Janji-Nya tidaklah ingkar bahwa kebenaran itu pasti menang sekalipun kita diam, sekalipun kita tidak melakukan apapun. Tapi bukan berarti kita harus menerima semua perlakuan, hinaan dan kejahatan mereka atas kejujuran dan kebenaran kita dengan mengatakan anda adalah pembohong. Maka inilah ujiannya.
Percayalah, kejujuran adalah sebuah kebenaran. Kebenaran tidak butuh orang banyak untuk mengatakan itu benar, sekalipun kebenaran itu hanya setetes dan kebohongan bagaikan selaut, tapi kuasa-Nya meliputi segala sesuatu.
Jadi kenapa kita harus menutup diri untuk semua kebohongan ini, mengapa kita harus menutup diri untuk semua kejahatan ini. Apakah dengan memperoleh kekayaan yang banyak, harta yang melimpah, makanan mewah tetapi dengan berbohong, manipulasi data, berhianat kepada rakyat bahkan mengobral janji kesejahteraan, pemerataan bahkan anda mendeklarasikan diri sebagai tumpuan kebenaran bagi mereka, tetapi akhirnya anda sendiri menikmati hasil dari dusta itu.
Percayalah, mungkin tidak sekarang atau nanti, tapi kebenaran itu pasti, pasti adanya, pasti datangnya.
Share:

0 komentar:

Post a Comment