Wednesday, 11 November 2015

Orang Pintar Banyak, Profesional Sedikit, Jujur Mahal



Dunia kian hari kian canggih, maju dan semua serba cepat. Bahkan hampir tiap hari media-media mengumumkan kecanggihan dunia yang semakin meningkat dengan adanya terobosan teknologi-teknologi terbaru, seperti tiada habisnya. Ya, memang begitulah dunia kita.
Inilah salah satu bukti bahwa manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang sempurna. Inilah bukti kepintaran dan kecerdasan manusia, masih tidak akan bisa dan tidak akan mungkin dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Saat ini, kalo kita bicara kepintaran manusia, itu sudah bukan hal yang membanggakan lagi. Orang pintar itu banyak, banyak bahkan sangat banyak. Orang pintar bukan dukun ya, itu namanya orang sakti. Bahkan mungkin anda adalah salah satu orang pintar. Kenapa tidak, setiap akhir semester nama anda selalu diurutan puncak kelasmen daftar nilai tertinggi. Bahkan saat wisuda, anda termasuk orang yang dipanggil namanya sebagai salah satu lulusan terbaik.
Kenyataannya, masih banyak orang pintar saat ini yang belum mendapatkan kerja. Kenapa?? Bukan ia tidak pintar atau bodoh, bukan pula ia tidak mau berusaha. Kalau kita bicara tentang alasan, ada banyak kenapa belum bisa kerja, mulai dari urusan gengsi karena tidak mengambil peluang yang ada dengan alasan tidak sesuai jurusan, terlalu jauh dari rumah, tidak berani merantau dan masih banyak lagi. Tapi bukan ini yang ingin saya bicarakan.
Kenyataan di langan kerja, memang banyak orang yang pintar, tapi yang professional didalam bekerja itu sedikit. Dunia kerja dengan bangku sekolah sangat jauh berbeda. Walaupun anda bisa menjawab 100% dengan benar semua pertanyaan tentang lapangan kerja, tentang bagaimana mengambil keputusan dalam beberapa kondisi dan situasi, tapi bukan berarti anda bisa melakukan semua itu dengan benar dan tepat di lapangan kerja.
Coba kita lihat lapangan kerja, mulai dari yang paling bawah, tingkat desa. Bahkan menulis pakai computer saja, petugas desa harus bertanya ke temannya untuk beberapa hal. Belum lagi proses pengerjaannya yang lama, bahkan sampai berjam-jam, padahal sebenarnya tidak akan selama itu. Hal ini juga sering terjadi pada tingkat kecamatan dan beberapa dinas pemerintahan lainnya. Lalu coba lihat mereka yang menyalah gunakan jabatan sebagai tameng, mulai dari pak polisi yang seperti tukang palak orang dengan alsan tidak lengkap berkendara, bapak anggota dewan yang marah-marah saat penerbangannya delay karena cuaca buruk bahkan sampai marah-marah dengan mengatakan “Saya ini orang terhormat” dengan nada cetus sampai pukul meja, seperti sedang mendeklarasikan pengakuan dirinya atas jabatannya. Apa begini orang professional. Lalu dimana profesionalisme dalam bekerja. Itulah kenapa saya bilang, professional itu sedikit.
Lalu bagaimana dengan jujur, ini seperti membayar dengan harga mahal. Di dunia kerja, seakan jujur itu sulit, kenapa tidak. Saat anda ingin menjadi orang jujur, mengatakan yang sebenarnya, tetapi teman dan rekan anda, kiri kanan anda, bahkan bos anda yang paling besar sekalipun tidak pernah jujur dengan kenyataan, mereka selalu bermain dan mencari uang tambahan, tanpa peduli itu halal atau haram, bahkan hak orang juga diambilnya.
Jujur, sudah sangat mahal. Bukan tidak ada orang jujur, tapi seperti sulit untuk jujur. Disatu sisi, saat anda kukuh mempertahankan kejujuran anda, akhirnya anda harus menerima realita anda didepak dari kursi jabatan anda, atau bahkan dimusuhi yang lain karena dianggap tidak sependapat, tidak sepemikiran bahkan naifnya anda diproklamasikan sebagai orang yang paling licik, jahat, paling banyak mempermainkan data. Sungguh, kekejaman yang nyata.
Jadi inilah kenyataanya. Orang pintar, banyak, sangat banyak. Orang professional, itu sedikit. Jujur adalah harga mahal.
Share:

0 komentar:

Post a Comment