Dunia kian hari kian canggih, maju
dan semua serba cepat. Bahkan hampir tiap hari media-media mengumumkan
kecanggihan dunia yang semakin meningkat dengan adanya terobosan
teknologi-teknologi terbaru, seperti tiada habisnya. Ya, memang begitulah dunia
kita.
Inilah salah satu bukti bahwa
manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang sempurna. Inilah bukti
kepintaran dan kecerdasan manusia, masih tidak akan bisa dan tidak akan mungkin
dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Saat ini, kalo kita bicara kepintaran
manusia, itu sudah bukan hal yang membanggakan lagi. Orang pintar itu banyak,
banyak bahkan sangat banyak. Orang pintar bukan dukun ya, itu namanya orang
sakti. Bahkan mungkin anda adalah salah satu orang pintar. Kenapa tidak, setiap
akhir semester nama anda selalu diurutan puncak kelasmen daftar nilai
tertinggi. Bahkan saat wisuda, anda termasuk orang yang dipanggil namanya
sebagai salah satu lulusan terbaik.
Kenyataannya, masih banyak orang
pintar saat ini yang belum mendapatkan kerja. Kenapa?? Bukan ia tidak pintar
atau bodoh, bukan pula ia tidak mau berusaha. Kalau kita bicara tentang alasan,
ada banyak kenapa belum bisa kerja, mulai dari urusan gengsi karena tidak
mengambil peluang yang ada dengan alasan tidak sesuai jurusan, terlalu jauh
dari rumah, tidak berani merantau dan masih banyak lagi. Tapi bukan ini yang
ingin saya bicarakan.
Kenyataan di langan kerja, memang
banyak orang yang pintar, tapi yang professional didalam bekerja itu sedikit. Dunia
kerja dengan bangku sekolah sangat jauh berbeda. Walaupun anda bisa menjawab
100% dengan benar semua pertanyaan tentang lapangan kerja, tentang bagaimana
mengambil keputusan dalam beberapa kondisi dan situasi, tapi bukan berarti anda
bisa melakukan semua itu dengan benar dan tepat di lapangan kerja.
Coba kita lihat lapangan kerja,
mulai dari yang paling bawah, tingkat desa. Bahkan menulis pakai computer saja,
petugas desa harus bertanya ke temannya untuk beberapa hal. Belum lagi proses
pengerjaannya yang lama, bahkan sampai berjam-jam, padahal sebenarnya tidak
akan selama itu. Hal ini juga sering terjadi pada tingkat kecamatan dan
beberapa dinas pemerintahan lainnya. Lalu coba lihat mereka yang menyalah
gunakan jabatan sebagai tameng, mulai dari pak polisi yang seperti tukang palak
orang dengan alsan tidak lengkap berkendara, bapak anggota dewan yang
marah-marah saat penerbangannya delay karena cuaca buruk bahkan sampai
marah-marah dengan mengatakan “Saya ini orang terhormat” dengan nada cetus
sampai pukul meja, seperti sedang mendeklarasikan pengakuan dirinya atas
jabatannya. Apa begini orang professional. Lalu dimana profesionalisme dalam
bekerja. Itulah kenapa saya bilang, professional itu sedikit.
Lalu bagaimana dengan jujur, ini
seperti membayar dengan harga mahal. Di dunia kerja, seakan jujur itu sulit,
kenapa tidak. Saat anda ingin menjadi orang jujur, mengatakan yang sebenarnya,
tetapi teman dan rekan anda, kiri kanan anda, bahkan bos anda yang paling besar
sekalipun tidak pernah jujur dengan kenyataan, mereka selalu bermain dan
mencari uang tambahan, tanpa peduli itu halal atau haram, bahkan hak orang juga
diambilnya.
Jujur, sudah sangat mahal. Bukan tidak
ada orang jujur, tapi seperti sulit untuk jujur. Disatu sisi, saat anda kukuh
mempertahankan kejujuran anda, akhirnya anda harus menerima realita anda
didepak dari kursi jabatan anda, atau bahkan dimusuhi yang lain karena dianggap
tidak sependapat, tidak sepemikiran bahkan naifnya anda diproklamasikan sebagai
orang yang paling licik, jahat, paling banyak mempermainkan data. Sungguh,
kekejaman yang nyata.
Jadi inilah kenyataanya. Orang
pintar, banyak, sangat banyak. Orang professional, itu sedikit. Jujur adalah
harga mahal.
0 komentar:
Post a Comment