Sebuah realita yang seharusnya
tidak patut untuk kita ceritakan, tidak patut untuk disebar luaskan, apalagi
untuk dibanggakan. Tapi seakan menjadi bukti kejantanan, bahwa kenakalan adalah
sebuah tanda keberanian, dan dengan banggan serta rasa gagah berani
menceritakan semua yang pernah dilakukan.
Dalil utamanya adalah karena semua
itu telah belalu, karena semua itu terjadi dimasa muda yang kini disambut masa
tua, semua itu terjadi di sebuah tempat yang kini ditinggalkan, dan tersisa
cerita serta kenangan saja.
Hal ini tidak akan jarang kita
temukan, bahkan mungkin kita sendiri adalah pelakunya.
Saat kumpul-kumpul dan
bercerita, secara tidak sadar malah dengan bangga kita menceritakan akan bagian
dari aib sendiri. Mulai dari cerita masa muda saat hura-hura, bersenang-senang
dan mabuk-mabukan menjadi hal yang biasa, bahkan pernah juga mencoba benda
terlarang macam narkoba. Tidak cukup sampai disitu, saling hantam dan saling
haja juga pernah, mencolong ringan juga dilakukan, mengambil hak orang tanpa
peduli, menjahili kawan yang menjadi lawan. Katanya itu semangat muda.
Meski kini duduk sebagai orang
yang terpandang, tapi masa itu tak patut lah untuk dibicarakan. Tapi kenyataanya,
lawan bicara sangat senang mendengar cerita ini. Ia pun punya kenangan dengan
tema yang sama. Dan sekarang saling gilir menceritakan tentang masa lalu yang
suram. Diiringi suara kelakar tawa yang memecah keheingan. Katanya, oooh betapa
bahagianya.
Tapi rupanya hal ini tidak cukup
sampai disini. Yang memprihatinkan menurut saya, seakan salah didik. Orang tua,
dengan rasa bangga meski terdengar sedang marah menceritakan tentang kenakalan
anaknya, selalu pulan tengah malam yang tidak jelas kemana, kerjaanya
hura-hura. Mugkin terdengar menghakimi, tapi kenyataan memang seperti ini.
Sekali lagi, pantaskah kita
menceritakan hal ini.

0 komentar:
Post a Comment