Ini memang pola pikir yang salah, tapi ini sudah seperti melekat, menyatu dan erat sehingga sangat sulit sekali untuk dilepas dan dibuang di masyarakat saat ini. Sering kali kita berbangga diri dengan hal-hal yang tidak baik dan minder dengan hal-hal yang baik. Bahkan perbuatan tidak baik menjadi trending topik ketimbang perbuatan baik.
Salah satu hal yang sangat membanggakan terlebih untuk kalangan muda saat ini adalah bangga menjadi pembajak pertama, bangga menjadi satu-satunya pembajak yang bisa, setidaknya didalam sebuah kelompok, bangga bisa sebuah trik yang hebat didalam membajak. Tentu saja bangga karena cuma dia yang bisa, sedang yang lain menangis dan guling-guling pun tak kunjung bisa.
Saat sebuah karya lagu diluncurkan, betapa bangganya memiliki bajakan lagu itu saat yang lain belum ada satupun yang punya. Padahal lagu itu didapat dengan download gratis di internet. Sedang seseorang yang membeli album original lagu tersebut malah dibuli, “kalau ada yang gratisan ngapain beli” kurang lebih begitulah semboyannya.
Menguasai sebuah trik membajak memang sangat menyenangkan, bebas, gratis dan hasilnya sama seperti yang berbayar. Software, OS System, music, clip dan masih banyak lagi. Ini baru di dunia digital, belum yang lain. Memakai kaos dengan corak sama tetapi berbeda, menggunakan sebuah alat dengan bentuk sama tapi produksi berbeda, selalu yang bajakan lebih dibanggakan.
Lalu sampai kapan kita akan bangga dengan semua bajakan yang kita gunakan ini??
Entahlah, saat ini hal itu saya rasa sudah tertanam dengan kuat di pemikiran kita dan sangat sulit untuk dihilangkan. Tetapi buat yang berfikir, mari lebih banyak introspeksi diri.
0 komentar:
Post a Comment