Monday, 15 February 2016

Rindu Yang Terlarang Part 4



Sementara itu, air mata Putri perlahan jatuh membasahi pipinya. Ia terpaksa mengatakan semua ini, ia tidak ingin membuat semua ini menjadi semakin sakit. Ia lebih memilih untuk sakit sekarang dan selesai ketimbang ia harus menahan rasa sakit ini lebih lama. 
Ismail benar-benar tidak percaya dengan semua yang dikatakan Putri. Ia tidak percaya, air mata itu adalah bukti baginya bahwa semua ini tidak benar. Pasti ada yang salah.
Rindu Yang Terlarang Part 3

“Aku tidak percaya Put, aku tidak Percaya. Aku tau kau mencitai aku. Air matamu adalah bukti kebohonganmu”
Putri berusaha menahan rasa sedihnya agar bisa menjelaskan semua yang terjadi. Tapi rasa ini telah membawa ia terlalu jauh, rasa sakit itu membuat ia tidak mampu mengendalikan emosinya. Sedang Ismail masih belum bisa menerima semua ini. Ia masih menuntuk kepastian.
“Kalau memang seperti ini, beri aku alasan kenapa kamu tidak mencintai aku Put. Beri aku alasan kenapa air mata itu harus keluar. Sebab jika tidak, aku tidak akan pernah percaya bahwa kau tidak mencintai aku” pinta Ismail.
“Kamu terlambat Ismail, kamu terlambat” Putri mencoba memenangkan dirinya dan menceritakan kisahnya.
“Kamu terlambat. Akupun sangat menyesali akan hari ini, aku juga sangat menyesali perkataanmu hari ini. Kenapa baru sekarang, kenapa…??” Putri kemabli meneteskan air matanya “Kenapa kamu mengatakan semua ini sekarang. Bahkan kenapa tidak sejak awal, kenapa tidak tiga tahun yang lalu.
“Kalau saja waktu dapat diputar kembali, tentu semua ini tidak akan berakhir seperti ini. Kalau saja kau mengatakan hal ini tiga tahun yang lalu, tentu hari-hariku akan lebih membahagiakan. Andai saja kau mengatakan ini lebih awal, aku pasti akan sangat bahagia”
“Loh, memangnya kenapa Put. Bukankah kita setiap hari bersama, dan tidak kubiarkan laki-laki lain menggodamu. Aku memang sengaja mengatakan semua ini hari ini agar kita bisa terus bersama, karena aku tidak ingin berpisah denganmu, karena aku tidak ingin kehilanganmu”
“Kamu tidak mengerti Ismail. Setiap hari kita memang selalu bersama dan itu adalah menjadi hari terindah buatuku, tapi itu saat kita disekolah saja. Dan setelah itu, kita tidak bersama lagi. Lalu apakah kamu tau, apakah kamu yakin dengan aku diluar sana. Kamu itu hanya mengenal aku saat disekolah saja, kamu juga bisa menjaga aku saat disekolah saja. Lalu apa kamu yakin diluar sana aku benar-benar bisa aman tanpamu, apak kamu yakin persaanmu itu bias menjagaku diluarsana.
“Hampir setiap hari aku berharap, hampir setiap hari aku bermimpi dan setiap hari pula aku menunggu. Aku menunggu ada orang yang akan menyatakan cintanya kepadaku, dan aku sangat mengarapkan cinta itu datang darimu. Setiap hari aku sakit Ismail, aku sakit menunggu cintamu berlabuh padaku.
“Setiap kali aku melihat engkau duduk dengan cewek lain, aku berpaling karena aku sakit melihatnya. Setiap hari saat aku tidak bersamamu aku selalu menunggumu untuk menghampiri aku. Tapi kau datang seperti semaumu, kau datang saat kamu mau dan kau pergi begitu saja. Aku capek, aku lelah seperti ini.
“Hingga pada suatu hari seseorang datang kepadaku. Seseorang berbicara panjang denganku, terlebih saat aku kecewa karena kau tidak bersamaku, aku kecewa karena engaku belum mengatakan cintamu padaku.
“Orang itu mengatakan dengan tulus mencintai aku, dia mengatakannya dengan tulus. Karena kupikir kamu tidak mencintai aku, maka aku menerimanya. Awalnya aku menerima dia mungkin sebagai pelampiasan saja, karena aku kecewa kamu tidak memberikan cinta yang aku harapkan. Tapi lambat laun, aku mulai menikmati cinta itu dan aku juga bisa merasakan ia memang benar-benar mencintai aku.
“Hingga aku yakin dia benar-benar mencinati aku sendang kamu belum mengatakan apapun padaku. Aku tidak ingin terbuai dalam angan-angan tak pasti. Aku kira persaan yang aku rasa ini hanya aku yang merasakan, aku kira semua persaan ini tidak kamu rasakan juga.
“Laki-laki itu datang untuk meminangku. Beberapa kali aku mengatkan aku belum siap, tapi ia terus mencoba. Ia terus dan terus berusaha meraih jawaban pasti dariku. Akupun masih berharap agar engaku bisa merubah semua ini. Tapi itu sepertinya masih angan semata yang tidak tau kepastiannya.
“Karena aku juga mencintai laki-laki itu, akhirnya aku menyanggupinya. Aku menerima pinangannya. Dan kamipun akan melakukan ini lebih serius. Aku akan menikah Ismail. Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf”
Ismail hanya bisa terdiam dan menyadari kesalahannya setelah mendengar penjelasan Putri. Ia pun menyadari akan kesalahannya. Ia tidak bisa menyalahkan Putri, ia bahkan mengutuk dirinya sendiri, ia amat menyesali kisah cintanya. Kisah cinta pertamanya. 
Bersambung>>

Share:

0 komentar:

Post a Comment