Tuesday, 21 April 2020

Mungkin Ini Adalah Jaman Sok Benar

Mungkin ini adalah jaman sok benar, dimana orang merasa selalu benar, hanya mau yang benar, lupa pernah salah, tak mau tau mereka salah, apalagi peduli dengan yang salah.
Segala yang diceritakan dan dibagikan adalah hanya tentang yang benar, tapi menurut persepsi dan pandangannya masing-masing. Dan mereka selalu salah, mereka tidak tahu apa-apa, mereka tidak mengerti bagaimana, intinya mereka salah. Sekalipun mereka benar, sayang kesalahannya lebih banyak ia ingat.

Berada di lingkungan yang sependapat, sepemahaman dan mungkin kasarnya sealiran semakin menguatkan dan memantapkan bahwa setiap persepsi dari mereka adalah benar. Pendapat mereka buka sebagai pembanding atau sanggahan atas argumentasi kebenarannya, melainkan lebih ke sebuah ancaman untuk menyalahkan kebenarnanya sehingga itu harus di salahkan.
Seringkali kita mendapatkan sebuah argumentasi kebenarnya yang pada akhirnya terbukti tidak benar, sayangnya kebenaran itu tak mampu menyembuhkan rasa yang ditimbulkan kebenaran yang dibuat sebelumnya.
Mudah saja mengatakan tidak salah saat itu, toh ia hanya menyampaikan apa yang dikatakan mereka, selanjutnya merekalah yang harus membenarkan kebenaran yang mereka buat. Selebihnya ia hanya melihat reaksi sebab akibat yang di timbulkan, kali aja ada kebenaran baru yang bisa di dapat.
Lalu untuk mereka yang salah, sudah terlanjur di cap salah, segala kebenaran yang dibawa akan dicari dulu kesalahannya, maka jika ditemukan satu saja, itu sudah cukup untuk memukul mundur kebenarannya. Terus dorong sampi kesalahan-kesalahan lain ditemukan dan ia menjadi benar kembali.
Kepedulian terhadap kesalahan adalah bagi ia yang membuat kebenaran. Permaian kata-kata dengan segala kebijaksanaanya, menggunakan istilah-istilah yang bahkan jarang dimunculkan di angkat dari kamus untuk membenarkan kesalahan-kesalahannya. Lalu mereka yang telah membuat kesalahan, bentuk kepedulian adalah dengan membenarkan melalui argumen masing-masing, hujat pun tak masalah dengan tujuan benar.
Nurani pun mungkin bingung kebenaran apa yang sebenarnya kita inginkan.
Share:

0 komentar:

Post a Comment