Mereka adalah dua teman yang akrab, bahkan apapun mereka selalu
bersama. Disekolah, mereka dikira pacaran saking dekatnya. Tidak jarang pula
Putri menggandeng tangannya Ismail kalau mereka berjalan berdua. Disekolah
sendiri, tidak ada yang berani menggangu Putri karena mereka mengira Ismail
adalah pacarnya putri. Bahkan beberapa teman kelasnya mengira bahwa mereka
pacaran. Merupakan hal yang jarang melihat mereka tidak bersama.
Dan hari ini Putri kembali menggandeng tangan Ismail tanpa rasa
canggung. Namun kali ini Ismail memegang tangan Putri, seketika suasanya
menjadi berbuah. Kekuatan cinta memang tidak dapat dibohongi, kalaupun mereka
tidak mengatakannya, tetapi hati mereka sudah merasakannya.
“Kita cari tempat teduh aja ya” ucap Ismail memecah keheninga
“Iya, tapi jangan terlalu jauh ya biar nanti baliknya tidak terlalu
capek”
Dan dibawah rindangnya pepohonan, angina bertiup membawa suasanya
tedurh, suara deburan ombang terdengar begitu jelas.
“Put, seperti yang aku katakana tadi, ini mengenai masa depanku”
“Ada apa Mail, kok suasanya jadi seperti ini sih” Putri sudah mulai
merasakan getaran cinta diantara mereka semakin keras.
“Uda deh, kamu jangan ngajak aku terlalu serius ya” kata Putri
“Put, aku ingin kamu tau segalanya, aku ingin kamu mengerti semua
ini” dan Putri terdiam seribu bahasa mendengar ucapan Ismail.
“Biarkan aku memulainya dari awal” Kata Ismail.
“Kau tau Put, sebelumnya aku tidak pernah memikirkan semua ini. Tapi
satu minggu lagi kita semua, kamu dan aku dan juga mereka, kita akan berpisah.
Entah tujuan kita sama atau tidak, kita tidak tau. Entah kita bisa bertemu lagi
atau tidak, kita juga tidak tau. Yang jelas, aku pasti akan sangat merindukan
masa-masa seperti ini, masa dimana kita bercerita bersama, bercanda bersama,
tertawa bersama dan kita bersama-sama.
“Dulu aku adalah orang yang culun, dulu aku adalah orang yang tidak
berani. Ismail yang kamu kenal sekarang itu berbedah jauh dengan Ismail yang
dulu Put. Dulu aku menjalani hari-hariku biasa saja, tidak ada yang special
dalam hidupku. Hingga pada hari itu, hari saat aku melihatmu untuk pertama
kalinya, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda.
“Jujur Put, pertama kali aku melihat dirimu pertanyaan pertama
langsung muncul, siapa dia, siapa namanya. Jujur, kalau boleh memilih aku ingin
nama pertama yang aku kenal waktu itu adalah Putri, tapi apa mau dikata, alur
ceritanya berbeda.
“Ingatkah kamu bahwa awalnya kita tidak seperti ini, kita tidak
sedekat ini, bahkan kita tidak pernah bersama. Dan ingatkah kamu kapan kita
memulainya, bagaimana kita memulainya dan dari mana kita mulai. Bahkan aku
sendiri tidak ingat sama sekali.”
“Iya ya, dulu kita tidak sedekat ini. Aku juga tidak tau sejak kapan
kita bisa sedekat ini”
“Lalu apa yang kamu raskan saat kamu mengenalku seperti saat ini ?”
“Iya, aku tidak ingat saat kita memulainya. Tiba-tiba aku merasa
kamu sudah ada didalam hidupku, aku merasa kita sudah seperti ini tanpa tau
awalnya seperti apa. Dan yang pasti aku merasa sangat nyaman bersama denganmu”
“Dan waktu kita tinggal satu minggu lagi Put, satu minggu lagi kita
akan bersama, bahkan kurang”
Ismail memegang kedua tangan Putri dan menatap tajam matanya.
“Put, lihat aku. Jujur, kalau boleh memilih, aku tidak ingin semua
ini berlalu begitu saja. Kalau boleh, aku ingin terus seperti ini”
“Tapi Mail, bukankah kita harus menggapai cita-cita kita. Aku tau
kamu juga memiliki cita-cita yang sangat indah. Aku pun ingin selamanya seperti
ini, ingin bersama kalian, ingin bersama teman-teman yang lain juga. Tapi ini
bukanlah akhir perjalanan hidup, kita harus terus berjalan”
“Putri, ketahuilah bahwa aku bahagia bersamamu, aku tidak ingin
berpisah denganmu. Ketahuilah, inilah aku, Ismail. Aku sayang kamu Put, aku
cinta kamu Put, dan aku ingin kita tidak berpisah”
Suasanya hening itu kembali terasa, deburan ombak terdengar nyaring.
Dan untuk mengatakan ini, Ismail harus mengeluarkan peluh keringat karena
gugupnya.
Bersambung>>
0 komentar:
Post a Comment