Suasanya hening itu kembali terasa, deburan ombak terdengar nyaring.
Dan untuk mengatakan ini, Ismail harus mengeluarkan peluh keringat karena
gugupnya.
Sementara itu, Putri tidak bisa membohongi persaanya. Ia juga tau
bahwa dia juga merasakan cinta itu ada untuk Ismail. Hatinya tidak bisa menolak
cinta tulus dari Ismail, tapi sesuatu hal lain sedang ia fikirkan. Ia tidak
ingin cinta tulus itu tergores, ia juga tidak ingin cinta indah itu hancur
berantakan.
<<Rindu Yang Terlarang 2
Ia benar-benar menyadari apabila ia menerima cinta itu, itu sama
saja ia memberi Ismail harapan palsu. Ini akan sangat menghancurkan hatinya
Ismail, bahkan mungkin Ismail akan benci padanya. Sementara itu ia juga sulit
untuk menolak cinta itu. Menolak cinta suci Ismail bukan hanya akan
menghancurkan persaan Ismail, tapi juga akan menyakiti hati dan persaannya
sendiri karena ia juga merasakan hal yang sama dengan Ismail. Ia benar-benar
bingung bagaimana harus mengatakannya, ia tidak tahu.
Matanya menahan air mata yang akan keluar, ia tidak ingin terlihat
sedih.
“Ismail sahabat terbaikku, aku tau waktu kita tinggal satu minggu,
waktu kita untuk bersama tinggal satu minggu. Aku juga mengerti, setelah ini entah
kita bisa bertem atau tidak.
”Ismail sahabatku, aku tau persaanmu, aku tau rasa yang kau rasakan.
Bahkan tanpa kau mengatkan semua itu, aku sudah tau. Kau adalah sahabat terbaik
yang aku miliki” ucap Putri dengan pelan.
“Ya Allah, apakah ini tanda
bahwa ia akan menerima cintaku. Ia merasakan cinta yang aku rasakan. Aku yakin,
Putri juga pasti mencintai aku” desah hati Ismail.
“Tuhan, kenapa hari ini
harus terjadi. Kenapa hal ini baru terjadi sekarang. Kenapa baru sekarang,
kenapa tidak sejak awal, kenapa tidak sejak pertama. Apakah Engkau memang tidak
ingin kami bersatu. Lalu perasaan apakah yang Engkau berikan ini, apakah Engkau
ingin agar aku membohongi perasaanku sendiri. Kenapa Tuhan, kenapa tidak sejak
awal” tuntut hati Putri dalam renungnya.
“Putri, apa artinya semua ini. Apakah kau bersedia menerima cintaku
?”
Dan putri masih terdiam, ia memikirkan bagaimana ia harus
mengatakannya. Ia benar-benar tidak bernai mengatakan apapun, karena apapun
yang akan ia katakana hanya kesakitan yang akan dirasa, tidak hanya oleh Ismail
tetapi oleh dirinya sendiri juga.
“Putri, tolong lihat aku, tatap mataku. Jangan kau berpaling dariku
Putri” Ismail menarik tangan Putri dan berusaha memalingkan pandangannya Putri.
“Aku tau Put, aku tau apa yang kau rasakan. Aku tau Put, aku tau.”
Tidak ingin matanya dilihat menahan airnya, Putri mengambil kaca
mata yang ia taruh ditasnya. Ia mencoba menyembunyikan matanya. Dan ia
mengadapkan wajahnya ke arah Ismail.
“Ismail sahabatku, aku minta maaf. Kamu adalah sahabat terbaikku,
aku minta maaf”
“Apa maksudnya Put? Ayolah, kamu jujur saja”
“Maafkan aku Ismail, aku tidak bisa mencintaimu. Kamu adalah sahabat
terbaikku”
“Put… Aku tau kami bercanda, ayolah jujur saja” meskipun Ismail
sendiri ragu dengan apa yang ia katakana, tapi ia benar-benar butuh kejelasan.
“Maafkan aku Ismail” Putri tertunduk
“Putri, aku tau kau mencintai aku. Ayolah jujur saja, aku tau
persanaanmu” tapi Putri diam tidak berani berbicara.
“Put, aku tau rasa yang kau rasakan. Aku tau rasa cinta yang ada
didalam hatimu, itu adalah cinta untukku. Ayolah put, jujur saja” tetapi Putri
masih tertunduk dan tidak mengatakan apapun.
“Put, jawab aku put. Aku tau kau menincai aku” Ismail masih menunggu
kepastian dari Putri.
“Putri, jawab aku. Kamu bohong kan sama aku??”
“Sudah Ismail, kamu jangan paksa aku untuk mencintaimu” Putri
menarik tangannya keras dan nadanya sedikit tinggi “Aku tidak cinta sama kamu
dan aku juga tidak sayang sama kamu. Jangan paksa aku untuk mencintai kamu”
Putri menyembunyikan pandangannya.
Sementara itu, air mata Putri perlahan jatuh membasahi pipinya. Ia
terpaksa mengatakan semua ini, ia tidak ingin membuat semua ini menjadi semakin
sakit. Ia lebih memilih untuk sakit sekarang dan selesai ketimbang ia harus
menahan rasa sakit ini lebih lama.
Bersambung>>

0 komentar:
Post a Comment