Thursday, 18 February 2016

Pendidikan dan Kesehatanku Kenapa??

Dibeberapa sesi perbincangan saya dengan teman-teman yang lain, mereka berkomentar. Saya mengambil jurusan kesehatan karena ke depan akan semakin banyak tempat-tempat kesehatan yang akan dibangun mulai dari klinik, puskesmas, rumah sakti yang semakin bermunculan dan semakin besar hingga praktek dokter. Disamping itu, melihat kondisi saat ini Negara kita sedang kekurangan tenaga kesehatan. Komentar mereka yang mengambil bidang studi kesehatan. Tapi nyatanya hal ini berbanding terbalik dengan melihat banyak sekali lulusan kesehatan yang belum bekerja. Entah dikarenakan belum siap bekerja atau tidak suka bagian yang akan ditempatinya. Sedang jika kita membicarakan alasan kenapa mereka belum bekerja, rasanya ada seribu satu alasan untuk itu.

Dilain sesi ada juga yang berkomentar demikian. Saya mengambil jurusan pendidikan karena ke depan akan semakin banyak sekolah-sekolah yang akan dibangun. Lihat saja saat ini, banyak sekali sekolah-sekolah yang sedang dalam masa pembangunan. Bagaimana dua hingga tiga tahun kedepan, pasti akan semakin banya. Dan tentu mereka akan membutuhkan banyak tenaga ahli pendidikan. Melihat kondisi Negara kita saat ini, beberapa sekolah bahkan kekurangan guru. Namun hal ini berbanding terbalik, bahkan beberapa dari mereka belum bisa masuk ruang kelas. Tidak akan saya jelaskan lagi kenapa mereka belum bisa masuk ruang kelas karena ada banyak alasan untuk itu.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas disini.
Pemerintah memberi slogan WAJIB BELAJAR 3 TAHUN, dan hasilnya banyak sekali sekolah-sekolah baru bermunculan, baik swasta maupun negeri. Bahkan beberapa sekolah swasta menggratiskan siswanya untuk bayar SPP. Sungguh, suatu kemajuan jika kita lihat dari sisi pendidikan. Tapi pernahkah anda tanyakan apa alsan mereka mendirikan lembaga atau sekolah itu.
Mungkin jawaban mulia akan anda dapatkan yaitu untuk memajukan dan mencerdaskan anak bangsa. Nyatanya, mulai dari jajaran pemilik atau kepala sekolah, tenaga pengajar hingga staf tidak sedikit dari mereka menyakan berapa bayaran yang akan mereka terima, berapa keuntungan yang akan mereka dapat. Dan tentang fasilitas sekolah, tentang sarana dan prasarana, alat-alat praktik, lab computer dan lain sebagainya dihitung setelah mereka mengkalkulasikan pendapatan mereka. Jika anda tanya kenapa demikian, jawaban sederhana yang mereka katakana adalah kami juga butuh makan.
Memang benar, tapi ini sama sekali berbanding terbalik dengan misi pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa, dan mungkin tidak sejalan dengan moto sekolah itu.
Lalu demikian halnya dengan beberapa tempat kesehatan dan pengobatan.
Jika anda tanya apa alsan mereka mendirikan pusat-pusat pengobatan ini, mungkin jawaban mulia yang akan mereka sajikan adalah tempat masyarakat berobat, agar masyakarat sehat, agar tidak ada lagi masyarakat yang sakit, agar semua anak-anak sehat, dan masih banyak lagi jawaban mulia yang intinya adalah memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kurang lebih itu moto mereka.
Hanya saja yang saya sesalkan adalah beberapa pasien yang mengerang kesakitan di lobi-lobi dan teras klinik maupun rumahsakit harus menahan rasa sakit mereka. Dengan santainya petugas yang bersangkutan menjawab kami belum bisa membawanya ke ruang pengobatan karena belum melengkapi administrasi. Administrasi yang dimaksud disini adalah mulai dari kartu kesehatan atau mungkin diharuskan membayar sekian untuk pengobatan.
Mungkin salah jika kita menyalahkan mereka dikarenakan lamanya tidakan pengobatan membuat pasyien menghebuskan nafas terkahir. Lalu dimana nilai dasar ilmu kesehatan yaitu untuk memberi pengobatan kepada masyarakat, agar tidak ada masyarakat yang sakti, agar anak-anak sehat sedang mereka melihat pasyien mengerang kesakitan lantas seperti diabaikan lantaran belum lengkap administrasi.
Tidak ada yang harus kita salahkan dalam hal ini. Anggap aja takdir sudah berlalu. Hanya saja coba lah buka hati nurani kita kembali agar melihat nilai kemanusiaan, mengharapkan janji nilai kebaikan dari kebaikan yang kita tanamkan.
Pendidikan dan kesehatan saat ini seperti menjadi sebuah bisnis yang empuk bari para pembisnis. Mereka berpendapat tidak ada orang yang akan menolak berapapun biaya pengobatan meskipun itu adalah harta terakhir mereka. Dan pendidikan akan mendapat suntikan dana yang sangat besar dari pemeritah. Entah semua dana tersebut bisa dikelola dengan bijak atau mereka harus bahagia dulu dengan sumbangan dana tersebut.
Sekali lagi jangan jadikan pendidikan dan kesehatan sebagai bisnis wahai orang-orang hebat. Percayalah pada janji Sang Pencipta bahwa baik yang kita tanam baik pula yang kita petik.

Tanpa bermaksud mengguri, tapi inilah fakta negeri kita tercinta.
Share:

0 komentar:

Post a Comment