Dibeberapa sesi perbincangan saya dengan teman-teman yang lain,
mereka berkomentar. Saya mengambil
jurusan kesehatan karena ke depan akan semakin banyak tempat-tempat kesehatan
yang akan dibangun mulai dari klinik, puskesmas, rumah sakti yang semakin
bermunculan dan semakin besar hingga praktek dokter. Disamping itu, melihat
kondisi saat ini Negara kita sedang kekurangan tenaga kesehatan. Komentar
mereka yang mengambil bidang studi kesehatan. Tapi nyatanya hal ini berbanding
terbalik dengan melihat banyak sekali lulusan kesehatan yang belum bekerja.
Entah dikarenakan belum siap bekerja atau tidak suka bagian yang akan
ditempatinya. Sedang jika kita membicarakan alasan kenapa mereka belum bekerja,
rasanya ada seribu satu alasan untuk itu.
Dilain sesi ada juga yang berkomentar demikian. Saya mengambil jurusan pendidikan karena ke depan akan semakin banyak
sekolah-sekolah yang akan dibangun. Lihat saja saat ini, banyak sekali
sekolah-sekolah yang sedang dalam masa pembangunan. Bagaimana dua hingga tiga
tahun kedepan, pasti akan semakin banya. Dan tentu mereka akan membutuhkan
banyak tenaga ahli pendidikan. Melihat kondisi Negara kita saat ini, beberapa
sekolah bahkan kekurangan guru. Namun hal ini berbanding terbalik, bahkan
beberapa dari mereka belum bisa masuk ruang kelas. Tidak akan saya jelaskan
lagi kenapa mereka belum bisa masuk ruang kelas karena ada banyak alasan untuk
itu.
Tapi bukan itu yang ingin saya bahas disini.
Pemerintah memberi slogan WAJIB BELAJAR 3 TAHUN, dan hasilnya banyak
sekali sekolah-sekolah baru bermunculan, baik swasta maupun negeri. Bahkan
beberapa sekolah swasta menggratiskan siswanya untuk bayar SPP. Sungguh, suatu
kemajuan jika kita lihat dari sisi pendidikan. Tapi pernahkah anda tanyakan apa
alsan mereka mendirikan lembaga atau sekolah itu.
Mungkin jawaban mulia akan anda dapatkan yaitu untuk memajukan dan
mencerdaskan anak bangsa. Nyatanya, mulai dari jajaran pemilik atau kepala
sekolah, tenaga pengajar hingga staf tidak sedikit dari mereka menyakan berapa
bayaran yang akan mereka terima, berapa keuntungan yang akan mereka dapat. Dan
tentang fasilitas sekolah, tentang sarana dan prasarana, alat-alat praktik, lab
computer dan lain sebagainya dihitung setelah mereka mengkalkulasikan
pendapatan mereka. Jika anda tanya kenapa demikian, jawaban sederhana yang
mereka katakana adalah kami juga butuh
makan.
Memang benar, tapi ini sama sekali berbanding terbalik dengan misi
pendidikan yaitu mencerdaskan anak bangsa, dan mungkin tidak sejalan dengan
moto sekolah itu.
Lalu demikian halnya dengan beberapa tempat kesehatan dan
pengobatan.
Jika anda tanya apa alsan mereka mendirikan pusat-pusat pengobatan
ini, mungkin jawaban mulia yang akan mereka sajikan adalah tempat masyarakat
berobat, agar masyakarat sehat, agar tidak ada lagi masyarakat yang sakit, agar
semua anak-anak sehat, dan masih banyak lagi jawaban mulia yang intinya adalah
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kurang lebih itu moto mereka.
Hanya saja yang saya sesalkan adalah beberapa pasien yang mengerang
kesakitan di lobi-lobi dan teras klinik maupun rumahsakit harus menahan rasa
sakit mereka. Dengan santainya petugas yang bersangkutan menjawab kami belum bisa membawanya ke ruang
pengobatan karena belum melengkapi administrasi. Administrasi yang dimaksud
disini adalah mulai dari kartu kesehatan atau mungkin diharuskan membayar
sekian untuk pengobatan.
Mungkin salah jika kita menyalahkan mereka dikarenakan lamanya
tidakan pengobatan membuat pasyien menghebuskan nafas terkahir. Lalu dimana
nilai dasar ilmu kesehatan yaitu untuk memberi pengobatan kepada masyarakat,
agar tidak ada masyarakat yang sakti, agar anak-anak sehat sedang mereka
melihat pasyien mengerang kesakitan lantas seperti diabaikan lantaran belum
lengkap administrasi.
Tidak ada yang harus kita salahkan dalam hal ini. Anggap aja takdir
sudah berlalu. Hanya saja coba lah buka hati nurani kita kembali agar melihat
nilai kemanusiaan, mengharapkan janji nilai kebaikan dari kebaikan yang kita
tanamkan.
Pendidikan dan kesehatan saat ini seperti menjadi sebuah bisnis yang
empuk bari para pembisnis. Mereka berpendapat tidak ada orang yang akan menolak
berapapun biaya pengobatan meskipun itu adalah harta terakhir mereka. Dan
pendidikan akan mendapat suntikan dana yang sangat besar dari pemeritah. Entah
semua dana tersebut bisa dikelola dengan bijak atau mereka harus bahagia dulu
dengan sumbangan dana tersebut.
Sekali lagi jangan jadikan pendidikan dan kesehatan sebagai bisnis
wahai orang-orang hebat. Percayalah pada janji Sang Pencipta bahwa baik yang
kita tanam baik pula yang kita petik.
Tanpa bermaksud mengguri, tapi inilah fakta negeri kita tercinta.
0 komentar:
Post a Comment