Saturday, 5 December 2015

SANG PEMBUNUH TANPA MUSUH Part 3 (The End)



SANG PEMBUNUH TANPA MUSUH Part 2
Yang ada, mereka mengatakan hal-hal yang tidak jelas yang terkesan profesional karena pembunuhan ini. Mereka bilang ia mati karena penyakit seperti serangan jantung, kena kanker, diabetes, sesk nafas, dan berbagai macam penyakit lainnya. Mereka juga bilang ia mati karena makanan, minuman, kemasukan air ke telinganya dan hal-hal lain yang terkesan tidak masuk akal. Katanya mereka juga mati karena saling membunuh, entah apa sebapnya mereka saling tembak, saling tusuk, saling bom, mereka angkat senjata besar-besaran dengan dalil mempertahankan hak dan kekuasaan mereka, mengatas namakan keamanan, mejual kata demi kemakmuran, mereka rela saling membunuh. Mereka juga mati seakan karena alat ciptaan mereka sendiri seperti mobil yang tabrakan, pesawat terjatuh, kapal tenggelam dan lain sebagainya. Mereka mengira itulah sebap mereka mati, karena perang, karena tabrakan, karena sakit jantung, karena kelaparan, atau karena salah makan. Mereka tidak pernah sadar dengan pembunuh yang sebenarnya. Mereka juga tidak pernah sadar bahwa kehidupan mereka tergantung atas kekuasaan Tuan Besar.
Sekarang mereka ketakutan karena alat-alat mereka sendiri, mereka ketakutan dengan bom yang mereka buat, mereka ketakutan dengan makanan yang mereka ciptakan sendiri, mereka ketakutakn untuk melakukan hal-hal yang sekiranya akan membuat penyakitnya kambuh sehingga mereka akan mati.
Akibatnya mereka lalai bahwa mereka diharuskan untuk membuat Tuan Besar senang dengan apa yang telah Tuan Besar berikan. Dengan alsan tidak bisa jalan jauh untuk mendatangi panggilan Tuan Besar, mereka lebih memilih untuk duduk diam dirumahnya yang kecil dan menyedihkan. Mereka lebih mimilih untuk menyibukkan diri memikirkan hal-hal yang membuat ia resah dan gelisah tentang masa depan yang belum pasti. Mereka juga masih sedih atas apa yang telah berlalu. Sementara Si Pembunuh selalu mengintai dan mengawasinya. Ia tidak menyadari itu.
Lalu begitu Tuan Besar memerintahkan untuk membunuhnya, maka tidak ada yang membuat Pembunuh berfikir dua kali, melangkah ragu atau bertanya-tanya. Dengan begitu banyak bukti yang telah ada, ia kini melaksanakan tugasnya dengan tanpa satupun keraguan.
Dialah pembunuh yang sebenarnya, pembunuh tanpa rasa takut, tidak kenal usia tua atau muda, tidak kenal rasa bahagia atau berduka, tidak peduli siang atau malam, dimanapun, kapanpun, saat Tuan Besar memerintahkan untuk membunuh, seketika itu juga ia akan melakukan tugasnya tanpa ada yang tau, tanpa ada yang menyadarinya, tanpa ada yang membencinya, hingga kini, hingga nanti, hingga akhir masa. Tugas besarnya masih menanti, hingga ujung dunia ini.
Dialah IZRAIL, Malaikat Pencabut Nyawa.

Adaptasi dari cerita Izrail. Ada kisa yang menceritakan bahwa Malaikat Izrail sempat menanyakan tentang tugas yang ia dapat tentang kenapa harus mencabut nyawa, maaf saya lupa apakah itu hadis atau ada dalam al-quran karena saya bukan ahli agama.
Cerita ini tidak bermaksud untuk menyindir atau menghina suatu kaum, kalangan atau apapun. Tidak ada maksud untuk menghina atau memojokkan suatu ajaran atau agama, ini murni karangan saya, dari kepala saya.
Adapun juga terdapat banyak kesalahan atau pemahaman, saya minta maaf. Mohon dibantu untuk di revisi.
Terimakasih.
Share:

0 komentar:

Post a Comment