“Lalu apakah demikian yang membuat engaku murung seperti ini. Apakah ini artinya kau tidak sanggup dan tidak siap dengan tugas yang Aku berikan kepadamu?”
“Dengan segala hormat Tuan, bukan demikian maksud hamba, hanya saja hamba takut karena akan begitu banyak musuh hamba nantinya, akan begitu banyak orang yang akan membenci hamba nantinya.”
“Wahai pembunuh, janganlah engkau risau, jangan pula engkau takut. Aku menjamin bahwa setiap yang kau bunuh, kau tidak akan pernah disalahkan. Tidak akan ada yang membencimu, tidak ada juga yang memusuhimu. Bukankah Aku lebih tau daripada engkau.”
“Ampun Tuanku, dengan segala hormat, hamba akan melaksanakan segala perintah yang Engkau berikan dan tidak akan pernah mengecewakan Tuan”
Lalu pembunuh itupun pergi untuk memulai tugasnya, melaksanakan setiap perintah yang Tuan Besar berikan tanpa membuat-Nya kecewa. Bersama para pemimpin yang lain, ia pun berlalu dan akan memulai tugasnya. Dan setiap tugas yang mereka kerjakan, tentu atas dasar perintah Tuan Besar. Demikianlah dihari pembagian tugas itu.
Setelah hari itu, pembunuh akan memulai tugas pertamanya. Ia akan membunuh seorang manusia, anak dari seorang bapak yang paling tua di dunia. Diantara kejadian yang membingunkan itu, atas dasar perintah Tuan Besar, ia melaksanakan tugas pertamanya membunuh seorang manusia. Ia melakukan tugasnya dengan sempurna, tanpa mengecewakan Tuan Besar. Kemudian setelah itu, ia membunuh seekor burung gagak. Demikian pembunuhan pertamanya dan kemudian ia melaporkan hal ini ke Tuan Besar.
Tuan Besar menepati janjinya bahwa ia tidak disalahkan karena ia membunuh seorang manusia, bahkan ia tidak dibenci karena pekerjaanya ini. Tuan Besar sangat puas dengan pekerjaanya. Sementara itu, tugas yang sama, dalam jumlah yang lebih besar dan lebih banyak telah menantinya.
Kali ini ia mengerahkan seluruh pasukannya untuk melakukan perintah dari Tuan Besar. Banyak orang yang harus dia bunuh. Tidak ada alasan yang jelas kenapa ia harus dibunuh, tanpa tanda tanya karena ini perintah Tuan Besar, tidak kenal waktu dan tempat, siang atau malam, di tempat gelam atau terang, tidak kenal usia tua atau muda, disegala cuaca dan segala medan, tidak peduli orang sedang senang atau berduka, karena ini perintah Tuan Besar, maka harus dilaksanakan.
Kini sudah sangat banyak, sangat banyak nyawa yang ia bunuh. Bahkan mungkin sudah tak terhitung banyaknya. Ia tetap konsisten pada tugasnya, tidak ingin mengecewakan Tuan Besar. Setiap yang sudah ditentukan, harus dia bunuh.
Pasukannya disebarkan diselurh jagad raya alam semesta, dengan tugas yang sama. Tidak ada alasan pasti dan tidak ada pertanyaan kenapa orang ini atau orang itu harus dibunuh. Mereka tidak diperbolehkan untuk menentang perintah dan kekuasaan Tuan Besar.
Dan dari sekian nyawa yang sudah tak terhitung banyaknya ia bunuh, tidak ada bahkan seorang pun yang membenci Si Pembunuh, apalagi untuk memusuhinya. Bahkan tidak pernah terlintas difikiran mereka bahwa dialah pembunuh yang sebenarnya. Mereka menuai kebencian mereka, kemarahan mereka, kemurkaan mereka, bahkan mereka saling memusuhi karena sesama atas pembunuhan yang terjadi, sedang Si Pembunuh tetap aman dibalik lindungan Tuan Besar, tanpa rasa salah, tanpa mush dan tanpa pembeci.
0 komentar:
Post a Comment