Monday, 21 December 2015

Haruskah Kita Belajar Hidup Kaya



Pengalaman pribadi.
Saya pernah keki banget saat diajak ke beberapa pertemuan dan acara-acara semi formal. Suatu ketika saya ikut sebuah acara serah terima jabatan bos baru ditempat saya bekerja. Di sana yang hadir juga kalangan elit menengah keatas. Yang bikin keki waktu itu adalah saat makan. Saya bingung mulai dari memilih menu, tidak tau menu yang seusuai dilidah. Yang bikin keki selanjutnya adalah bingung cara makannya. Saat saya makan, saya langsung makan nasi beserta lauk yang saya bawa, tidak ada yang namanya makanan pembuka. Dan yang bikin aneh adalah saat makan banyak sekali sendok di depan saya, garpu juga ada, tapi ukurannya sangat besar, rasanya tidak akan muat dimulut saya. Bahkan ada satu yang sebesar sendok lauk. Saya jadi bertanya-tanya, ini sendok atau centong. Dan setelah saya makan dengan lahap dan kenyangnya, sekarang ada lagi yang namanya hidangan penutup. Tapi karena perut saya sudah dibom bardir, saya tidak mampu untuk mengisinya lagi.

Yang biki saya keki selanjutnya adalah saat diajak makan ke beberapa tempat makan bahkan ke restoran. Yang bikin keki adalah tidak tau memilih menu yang mana, semua menu namanya aneh, terlebih tidak adanya gambar bikin semakin pusing. Salah-salah nanti dapetnya amsiong.
Hal lain yang bikin saya keki adalah saat berpenampilan, tidak tau bagaimana harus berpenampilan yang rapi, yang dibilang formal lah namanya, ala-ala kantor begitu. Saya sudah coba semua, mulai dari strika baju, memakai baju kemeja dan celana kain, pakai dasi juga, tapi tetap aja muka kampungnya tidak bisa sembunyi.
Dan hal lain lagi yang bikin saya enek adalah cara berbicara. Saya tidak bisa berbicara seperti mereka, membicarakan hal-hal berkelas dan terkadang mewah, memakai bahasa yang diatas formal lagi seperti lo gue, ayam goreng jadi fried chicken, ngoming spageti lah, aku mah pakai mie aja bro, namanya juga ayam goreng.
Lama kelamaan saya jadi mikir dan sekaligus minder mengingat begitu seringnya bergaul dan kontak sama kalangan mengenah keatas. Haruskah kita belajar hidup kaya. Ya, belajar menjadi orang kaya, walaupun kenyataanya kita bukan orang kaya. Mungkin salah satu manfaatnya adalah kita tidak keki saat diajak pergi dengan orang kaya.
Percaya atau tidak, sekolah menjadi orang kaya ini ada. Ini sekolah belajar hidup kaya bro, bukan sekolah untuk orang kaya aja. Coba lihat, sekolah tata cara makan, sekolah tata cara berpenampilan dan lain sebagainya. Hasilnya, ya anda akan menjadi seperti orang kaya, walaupun anda bukan orang kaya.
Tapi lambat laun saya jadi tau, rupanya itu tidaklah penting. Kita tidak penting belajar hidup seperti orang kaya, tapi kita sangat penting belajar menjadi orang benar, orang baik dan orang sabar. Bukan belajar bagaimana makan dengan garpu, sendok dan pisau tapi belajar makan itu pakai tangan kanan, baca doa sebelum dan sesudah makan. Bukan belajar bagaimana memakan makanan pembuka, makan besar atau makanan penutup, tapi belajar apakah makanan yang kita makan sehat, halal atau tidak. Bukan belajar bagaimana berpenampilan rapi, belajar memakai dasi, pakaian harus disetrika, tapi berlajar berpakaian yang layak pakai, yang menutup aurat dan tidak nakjis. Bukan belajar bagaimana berbicara dengan para pejabat, dengan orang elit, tapi belajar untuk tidak terlalu banyak membicarakan orang lain, belajar membicarakan hal yang benar.
Jadi haruskah kita belajar hidup kaya.
Share:

0 komentar:

Post a Comment