Pengalaman
pribadi.
Saya pernah keki
banget saat diajak ke beberapa pertemuan dan acara-acara semi formal. Suatu
ketika saya ikut sebuah acara serah terima jabatan bos baru ditempat saya
bekerja. Di sana yang hadir juga kalangan elit menengah keatas. Yang bikin keki
waktu itu adalah saat makan. Saya bingung mulai dari memilih menu, tidak tau
menu yang seusuai dilidah. Yang bikin keki selanjutnya adalah bingung cara
makannya. Saat saya makan, saya langsung makan nasi beserta lauk yang saya
bawa, tidak ada yang namanya makanan pembuka. Dan yang bikin aneh adalah saat
makan banyak sekali sendok di depan saya, garpu juga ada, tapi ukurannya sangat
besar, rasanya tidak akan muat dimulut saya. Bahkan ada satu yang sebesar
sendok lauk. Saya jadi bertanya-tanya, ini sendok atau centong. Dan setelah
saya makan dengan lahap dan kenyangnya, sekarang ada lagi yang namanya hidangan
penutup. Tapi karena perut saya sudah dibom bardir, saya tidak mampu untuk
mengisinya lagi.
Yang biki saya
keki selanjutnya adalah saat diajak makan ke beberapa tempat makan bahkan ke
restoran. Yang bikin keki adalah tidak tau memilih menu yang mana, semua menu
namanya aneh, terlebih tidak adanya gambar bikin semakin pusing. Salah-salah
nanti dapetnya amsiong.
Hal lain yang
bikin saya keki adalah saat berpenampilan, tidak tau bagaimana harus
berpenampilan yang rapi, yang dibilang formal lah namanya, ala-ala kantor
begitu. Saya sudah coba semua, mulai dari strika baju, memakai baju kemeja dan
celana kain, pakai dasi juga, tapi tetap aja muka kampungnya tidak bisa
sembunyi.
Dan hal lain lagi
yang bikin saya enek adalah cara berbicara. Saya tidak bisa berbicara seperti
mereka, membicarakan hal-hal berkelas dan terkadang mewah, memakai bahasa yang
diatas formal lagi seperti lo gue, ayam goreng jadi fried chicken, ngoming
spageti lah, aku mah pakai mie aja bro, namanya juga ayam goreng.
Lama kelamaan
saya jadi mikir dan sekaligus minder mengingat begitu seringnya bergaul dan
kontak sama kalangan mengenah keatas. Haruskah kita belajar hidup kaya. Ya,
belajar menjadi orang kaya, walaupun kenyataanya kita bukan orang kaya. Mungkin
salah satu manfaatnya adalah kita tidak keki saat diajak pergi dengan orang
kaya.
Percaya atau
tidak, sekolah menjadi orang kaya ini ada. Ini sekolah belajar hidup kaya bro,
bukan sekolah untuk orang kaya aja. Coba lihat, sekolah tata cara makan,
sekolah tata cara berpenampilan dan lain sebagainya. Hasilnya, ya anda akan
menjadi seperti orang kaya, walaupun anda bukan orang kaya.
Tapi lambat laun
saya jadi tau, rupanya itu tidaklah penting. Kita tidak penting belajar hidup
seperti orang kaya, tapi kita sangat penting belajar menjadi orang benar, orang
baik dan orang sabar. Bukan belajar bagaimana makan dengan garpu, sendok dan
pisau tapi belajar makan itu pakai tangan kanan, baca doa sebelum dan sesudah
makan. Bukan belajar bagaimana memakan makanan pembuka, makan besar atau
makanan penutup, tapi belajar apakah makanan yang kita makan sehat, halal atau
tidak. Bukan belajar bagaimana berpenampilan rapi, belajar memakai dasi,
pakaian harus disetrika, tapi berlajar berpakaian yang layak pakai, yang
menutup aurat dan tidak nakjis. Bukan belajar bagaimana berbicara dengan para
pejabat, dengan orang elit, tapi belajar untuk tidak terlalu banyak membicarakan
orang lain, belajar membicarakan hal yang benar.
Jadi haruskah
kita belajar hidup kaya.
0 komentar:
Post a Comment