Suatu ketika
disebuah tempat yang sangat rahasia, berkumpulah para pipinan untuk menghadap
ke Tuan Besar. Mereka berkumpul menjadi satu untuk mendengar arahan dari Tuan
Besar. Kali ini Tuan Besar akan memberikan tugas kepada masing-masing pimpinan
untuk mereka laksanakan.
Tuan Besar adalah
pemimpin dari para pemimpin, kekayaannya melimpah ruah, wilayah kekuasaannya
tidak terbatas. Semua pengikut-pengikutnya tunduk kepadanya. Semua prajuritnya
setia dan patuh kepadanya. Tidak ada yang berani menentang perintahnya,
sekalipun itu terlihat mustahil. Bagi Tuan Besar, tidak ada yang mustahil,
segalanya biasa ia kendalikan dengan hanya satu kata saja.
Tuan Besar sangat
adil terhadap pengikut dan rakyat-rakyatnya, tidak ada yang ia kecewakan, tidak
ada pula suatu perkara tanpa perhitungan. Semua yang menyenangkan Tuan Besar
akan diberi ganjaran yang setimpal, dan mereka yang membangkang dan ingkar
terhadap perintah Tuan Besar akan diberi hukuman. Beberapa keputusannya memang
terkesan tidak masuk akal, bahkan mustahil, tapi bagi Tuan Besar tidak ada yang
mustahil dan semua keputusannya dalah yang terbaik untuk pengikut dan
rakyat-rakyatnya.
Satu persatu para
pimpinan mendapat tugas. Mereka sangat senang dengan tugas yang diberikan oleh
Tuan Besar karena dengan tugas ini mereka akan biasa membuat tuannya senang.
Setiap tugas yang diterima adalah tugas yang mulia, mereka tentu akan
melaksanakannya dengan sepenuh jiwa dan tanpa kebohongan.
Seorang pemimpin
mendapat tugas untuk menyampaikan pesan langsung dari Tuan Besar ke beberapa
orang-orang terpilih. Seorang lagi diberi tugas untuk membagikan pangan dan air
demi kesejahteraan rakyat Tuan Besar. Ada juga yang bertugas menjaga pintu
istana Tuan Besar, ada yang bertugas menanyakan pertanggung jawaban rakyat.
Tapi ada satu tugas yang tergolong mungkin tidak ada yang akan mau menerimanya,
yaitu diperintahkan untuk menjadi pembunuh.
Pembunuh, kesan
pertama kali yang akan terlintas adalah seorang dengan tampang yang menakutkan,
tidak kenal kasihan, tidak kenal waktu dan tempat, begitu Tuan Besar
memerintahkan untuk membunuh, maka tidak ada yang akan mampu menghentikannya.
Dan tugas ini ditunjukkan kepada seorang pemimpin. Maka apapun alasannya ia
harus menerima tugas ini.
Diantara
kerumunan itu, mereka bersuka ria menyambut tugas yang diberikan Tuan Besar
kepadanya, hanya saja ia yang mendapat tugas yang dianggap sebagai tugas paling
kasar ini, murung dan sendiri. Tidak ada raut keceriaan yang terlihat
kepadanya. Wajahnya penuh dengan tanda tanya kenpa, kenapa harus dia, kenapa
harus tugas ini, kenapa bukan yang lain saja, kenapa harus membunuh. Ya,
wajahnya diselimuti dengan tanda tanya.
Melihat hal ini,
Tuan Besar mengalihkan perhatiannya kepada pembunuh ini. Lalu Tuan Besar
bertanya tentang kenapa dia murung, apa yang membuat wajah itu tidak ceria.
Dengan nada berat ia menjawab sekaligus memprotes tentang tugas besar ini.
“Kenapa harus aku
Tuan, kenapa Tuan memilih aku untuk melakukan tugas besar ini ? Bukankah masih
ada yang lain, atau mungkin Tuan bisa memberiku tugas yang lain.”
“Kenapa kau
bertanya demikian, apakah kau tidak siap dengan tugas ini ?” dengan sedikit
senyum dari Tuan Besar saat bertanya.
“Aku akan menjadi
seorang pembunuh. Aku pastilah akan menjadi seorang yang paling dibenci oleh
semua orang, semua kalangan dan semua yang aku bunuh. Aku pasti akan memiliki
banyak musuh, aku pasti akan menjadi sosok yang paling menakutkan bagi mereka.
”Sedang yang lain
mendapat tugas yang sangat mulia, memberi mereka air dan makanan, itu tentulah
tugas yang sangat membanggakan. Ia pasti akan menjadi harapan semua orang, ia
akan menjadi seorang bintang yang kedatangannya selalu diharapkan.
“Menjaga pintu
istana Tuan juga pekerjaan yang menyenangkan, menyambut rakyat Tuan yang datang
berkunjung, ia pasti akan menjadi sosok yang didambakan semua orang.
“Lalu aku, akan menjadi sosok yang sangat ditakuti, sangat dibenci,
akan memiliki banyak musuh, tidak ada yang mengharapkan kedatanganku, bahkan
tidak akan ada yang mau bertemu denganku.” Demikian tutur pembunuh dengan
segala tanda tanya yang ada difikirannya.
0 komentar:
Post a Comment