Wednesday, 4 November 2015

Cerita Mantan Mahasiswa

Sekolah, kata orang masa yang paling menyenangkan adalah SMP, masa yang paling indah adalah SMA, mungkin benar. Tapi orang SMA bilang, masa bebas adalah saat kuliah, melihat mereka tidak berseragam, masuk siang, selesai kuliah bisa langsung pulang, rasanya pasti menyenangkan. Tapi saya katakana kepada kalian pembaca SMA, dan saya tunjukkan kepada kalian pembaca mahasiswa, bahwa taukah Anda apa yang saya pikirkan saat pertama kali masuk kuliah. Beberapa bulan setelah resmi dinyatakan sebagai mahasiswa, telintas dibenakku apa yang akan aku lakukan setelah lulus dari tempat ini.

Katakanlah bahwa kalian adalah lulusan terbaik dari kampus itu, saat wisuda dipanggil namanya, melangkah dengan bangga, didampingi orang tua, oooh betapa bahagianya. Dan setelah acra bahagia itu, kita pulang ke rumah orang tua, tempat pertama kita membuka mata. Ya, ceritanya kita pulang membawa ijasah sebagai seorang lulusan terbaik dari kampus itu.
Satu bulan pertama rasa bahagia masih terasa, seakan seperti menikmati liburan panjang setelah 6 tahun di SD, 3 tahun SMP, 3 tahun SMA dan 3 atau 4 tahun di bangku kuliah. Saatnya libur panjang dan menikmati udara luar kelas. Pagi hari meski bangun tengah hari juga seakan tidak masalah, pergi berlibur kesana kemari pun masih terasa kurang. Ingin rasanya terus dan terus bepergian. Hingga pada akhirnya bukannya tidak ada tempat yang ingin dituju, tapi kurangnya dana disaku. Kalau dulu masih sempat minta di ortu, kini tidak ada alasan untuk ku melakukan hal itu. Jadi sekarang setelah satu bulan pertama, hanya terdiam dihalaman rumah saja.
Sekarang memasuki bulan kedua, mulai bertanya-tanya tentang kabal keluarga yang jauh disana, kerabat dan teman sejawat. Bagaimanakan kabar kalian, apa kalian juga sudah lulus seperti saya, pertanyaan standar mulai bermunculan mulai dari hanya tanya kabar, sedang apa disana hingga kerja dimana. Untuk satu atau dua bulan pertama, pertanyaan kerja dimana masih bisa dijawab dengan mudahnya, tinggal bilang aku baru saja wisudah.
Bulan ketiga mulai datang, dan aku hanya masih duduk terdiam. Sekarang sudah mulai bosan, apalagi kalau hanya dikamar. Kemana selanjutnya kaki hedak melangkah, seperti sudah kehilangan arah, namun bukan berarti ini pasrah. Selanjutnya aku mulai bertanya tentang apa ada kerja disana.
Pertama, aku ingin bekerja sesuai bidang jurusanku, namun kelamaan berharap, tidak peduli apa aja yang penting sekarang bekerja. Meski begitu, belum juga dapat tempat yang pasti. Masih terus dan terus mencari, tapi ternyata perjuangan masih belum berhenti.
Dan bukan hanya rasa bosan yang ada, tapi malu juga iya. Bagaimana tidak, sudah kuliah jauh-jauh dengan biaya yang tidak sedikit, kini hamper setiap hari hanya dirumah saja. Pertanyaan kerja dimana bukan hanya sulit dijawab, tapi juga malu mendengarnya, apalagi tetangga yang sering melihat aku dirumah saja.
Untuk ibu dan bapak, maafkan anakmu jika belum bisa menjadi seperti yang kau harapkan, bersepatu dan memakai kemeja, dengan dasi yang gagah berwibawa. Asal kalian tau saja, bukannya aku tidak mau bekerja, bahkan aku malu menjawab pekerjaan bekerja dimana.
Share:

0 komentar:

Post a Comment