Seringkali kita dipaksa untuk maju dalam berbagai kondisi.
Tapi kurasa bukan karena kita enggan untuk bergerak dan mau maju, bukan pula
karena sarana prasarana yang membuat kita kaku, atau jangan lagi pakai alasan
lingkungan dan sederet alasan dimana suatu kondisi meminta kita untuk maju.
Sebuah penyakit klasik yang merupakan sumber kebodohan yang
menyebabkan berbagai hal yang kurang terpuji mungkin masih erat melekat untuk
kita, yaitu MALAS. Sebuah kata dengan berbagai macam penjabaran dan penyambungan
yang berujung pada hal yang kurang berkenan demi sebuah kemajuan.
Kita mulai dari tugas yang diminta oleh guru kita, dosen
kita, atasan kita atau sebuah keadaan yang memaksa kita untuk menyelesaikan
nya, akan tetapi kita tidak tahu bagaimana mengerjakannya. Sebenernya hal
sederhana yang bisa kita pelajari dari sini adalah kita akan mendapatkan satu
pengetahuan baru, bahkan bisa jadi karena sebuah tugas kita bisa mendapatkan
banyak penggetahuan baru. Mungkin benar awalnya kita tidak tahu, akan tetapi
saat ini ada banyak cara dan media untuk mencari tahu, seakan-akan lingkungan
selalu mendukung kita untuk berkembang dan maju.
Selanjutnya kita misalkan diminta untuk melakukan sebuah
kajian atau penelitian dan diminta untuk kesimpulan agar dilakukan sebuah
tindakan. Dari yang semula kita tidak tahu dari mana kita akan memulai
penelitian ini atau kajian ini, dari yang semula kita tidak mampu menjalin
komunikasi dan relasi, dari yang semula kita tidak ingin membaca refrensi dan
teori, dari yang semula kita tidak ingin mencatat dan menulis, perlahan kita
paksa fisik ini bergerak, sedikit kita peras ide kreatif dari otak, dan
berusaha terus bergerak, maka kita akan tahu berapa banyak proses yang telah
kita lewatkan.
Maka tengoklah jalan yang telah kita tapaki. Bahkan mungkin
kini kita siap untuk mendaki lebih tinggi. Atau sekarang bisa saja kita berkata
"Gampang saja melalui jalan seperti ini".
Sekali lagi, bayangkan dan renungkan berapa banyak
kesempatan yang telah kita lalui, tengok lah sekali lagi sampai dimana kita
berjalan kini.
Jika memang saat anda berjalan tak menapaki kaki, apa kini
anda tau jalan kembali. Barang kali nyali anda ciut saat melihat pendakian yang
lebih tinggi, atau masih berharap ada tumpangan jalan ke puncak tertinggi.
0 komentar:
Post a Comment