Saturday, 28 October 2017

Aku Ingin Jadi Pengusaha




Ungkapan sederhananya adalah “Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya sukses”, tapi definisi sukses disini antara anak dengan orang tua terkadang menyilang. Selama ini, orang tua selalu membayangkan seorang anak dianggap sukses saat dia memakai baju kemeja dengan celana kain yang licin dan halus, dan penampilannya dianggap sempurna saat dia memakai dasi dan jas. Masa bodoh dengan angka yang masuk ke rekening saat akhir bulan atau slip yang diterima, itu bukan ukuran. Hal ini bagi seorang orang tua.

Tapi tahukah kalian wahai orang tua ku, orang tua kami para anak. Bahwa sebenarnya setiap dari kami tidak pernah mengininkan penampilan yang sempurna ini, yang kami inginkan adalah angka yang memuaskan diakhir bulan dan slip yang jumlah digitnya lebih banyak. Ini yang membuat kami bahagia.
Dan untuk saudara saudari senasip, hal ini akan sangat sulit kita dapat saat kita memakai semua atribut itu. Bahkan, tidak sedikit dari kita yang telah menghabiskan banyak sisa umur di instansi ini, menghabiskan banyak waktu, sering pulang larut, kerja keras tetapi tidak mendapatkan bayaran yang dianggap sepadan. Dan sangat kecewa saat melihat orang lain yang terlihat lebih santai tapi hidupnya sejahtera.
Jadi sekarang, saya mencoba berfikir untuk menjadi pengusaha, bukan pegawai. Dan rata-rata, saat seorang anak mengutaran fikiran bodohnya ini kepada orang tuanya, rata-rata juga orang tua akan menolak anaknya untuk menjadi pengusaha. Mereka masih saja berharap anaknya memakai kostum yang rapi dengan sepatu yang licin, tiap pagi pergi dan pulang sore bahkan malam.
Bahkan demi hal ini, banyak mahasiswa yang setelah lulus harus menunggu lama, lamanya hingga bertahun-tahun untuk menerima panggilan wawancara kerja yang hasilnya lebih sering ditolak. Kalaupun diterima, kadang kerjaan itu tidak sesuai keinginan.
Dan aku masih ingin menjadi pengusaha, tetapi orang tua tidak menginkan hal ini.
Share:

0 komentar:

Post a Comment