Wednesday, 18 November 2015

Kebohongan Profesional Lebih Baik Dari Kejujuran Amatir



Waktu SD, kita sering diajari yang namanya sifat-sifat terpuji dan sifat-sifat tercela. Kemudian disuruh menjawab soal, biasanya kita diminta untuk menyebutkan contohnya. Saya adalah termasuk orang yang tidak pintar waktu SD, percaya atau tidak saya masih salah dalam menjawab pertanyaan tersebut. Namun belakangan saya mengerti tentang hal itu. Kemudian diantara jawabannya adalah jujur adalah sifat terpuji, dan berbohong adalah sifat tercela, setuju ya.

Namun sadarkah kita bahwa saat ini yang namanya jujur itu sangat mahal, apalagi di negeri kita tercinta ini. Rupa-rupanya, setelah saya amati, terkesan seperti kebohongan professional itu ternyata lebih baik daripada kejujuran orang yang amatir. Bagaimana tidak, disaat kita jujur, disaat kita mengatakan, menyampaikan yang sebenar-benarnya, anehnya itu tidak dipercaya, bahkan karena orang itu adalah orang yang jujur tapi amatir, yaitu dia tidak pandai didalam menyampaikan kejujurannya, ia dituduh berbohong. Beda dengan orang yang berbohong, berhianat, dan penipu yang ulung, yang professional, yang mahir, dengan segala daya upayanya, dengan segala kepintarannya, dengan segala akal busuknya, ia membenarkan akan kejujurannya, dan seakan atasnya tersanjung, terkesan dan kagum dengan kejujuran si pembohong. Aneh bukan.
Kebohongan yang professional, dengan memakai jas dan dasi, lengkap dengan segala atribut dan gelarnya, lengkap juga dengan segala dokumen-dokumen pendukungnya, menyampaikan dan melaporkan ke atasannya, ke pusat atau ke masyarakat bahwa inilah biaya yang diapakai, bahwa inilah hasil kerjanya, bahwa inilah keadaan dilapangan. Dokumen yang dikemas rapid an selengkap-lengkapnya, sehingga tidak akan menimbilkan tanda tanya terhadap hasil karya ini, meski bawahan tetap bekerja banting tulang, meski banyak masyarakat yang menderita karena tidak mendapatkan haknya. Sesama pembohong tidak akan saling bertanya, sesame pembohong akan saling tolong menolong, yang penting mendapat bagian, yang penting transferan jalan. Lalu korbannya adalah bawahan, masyarakat yang tak berdosa. Apakah karena bodohnya bawahan sehingga tidak bisa menantang kebohongan atasan, atau apakah karena tidak adanya daya dan kuasa dari masyarakat terhadap pejabat diatas sana. Ya, orang yang diutus untuk menyampaikan keluh kesah dan aspirasi, lembaga yang diharapkan menjadi tempat bernaung, sekarang sudah semakin tidak jelas, seudah terkontaminsai oleh tetesan-tetesan kebohongan dan kemunafikan.
Lalu sijujur yang amatir, yang tidak pandai menyampaikan kejujurannya, yang tidak memiliki bukti cucup untuk mengatakan kebenarannya, masih dipertanyakan, dipersulit bahkan diabaikan. Tidak jarang pula kejujuran itu dikambing hitamkan, yang akibatnya dikeluarkan bahkan dihukum karena kejujurannya yang dianggap merusak kerajaan kebohongan. Betapa memprihatinkan kondisi kita yang seperti ini.
Hal ini sudah lumarah terjadi disegala bidang, kalangan masyarakat, dunia kerja, perusahaan-perusahaan baik swasta maupun BUMN, kantor-kantor dinas, lembaga-lembaga, bahkan para perwakilan rakyat dan para pemimpin rakyat yang terhormat.
Bukannya sok alim, sok menceramahi, atau sok menggurui. Tapi sangat sulit, saya katakan sekali lagi sangat sulit untuk menjadi orang yang jujur dan benar saat ini. Sungguh, suatu bukti nyata bahwa dunia sedang mengalami kehancuran.
Tapi yakinlah, kejujuran dan kebenaran pasti menang, sekalipun kita diam. So, jangan takut jujur.
Share:

0 komentar:

Post a Comment