Thursday, 12 December 2019

Membenton Bumi Menanam Besi

Sebenarnya tanahku itu subur, luas dan airnya berlimpah. 
Bahkan kata orang tua ditempatku, tancap tokat pun jadi. 
Itulah gambaran suburnya tanah dan ladangku.

Kenyataanya 
kesuburan itu ternyata tidak cukup memberikan kepuasan 
bagi orang yang hidup diatasnya. 
Bahkan karena kebodohan kan kecongkaannya, 
dengan bangga ia katakan pada dunia 
bahwa keuntungan lebih akan ia dapatkan dengan caranya. 
Lebih sombong lagi tatkala ia merasa 
bahwa rencananya adalah yang terbaik.


Dengan alasan mempermudah akses dan mobilisasi yang nyatanya hanya exploitasi, 
hanya katanya agar indah dan bersih padahal demi gengsi, 
mereka mulai manggali bumi, membeton dan menanam besi.

Kini sawah ladang dan hutan yang hijau nan indah hanya menjadi hayal semata. 
Semua dituntut serba mudah dan cepat hanya untuk memeras mamfaat tanpa perduli akan mudarat. Beton membentang ke segala arah, besi menjulang menantang langit.

Tanah ku kini tandus dan gersang, 
hijaunya pohon berganti beton dan besi, 
sumber air terus digali, bumi diperas mengelurakan emas dan perak, 
kayu dan hutan terus diexploitasi.
Aroma tanah berganti pengap aspal, 
kicau burung diusir deru mesin, 
udara segar hanya bagi mereka yang membayar mahal, 
rindang pohon telah tumbang, dan terus hingga tak ada ruang.
Share:

0 komentar:

Post a Comment